Wednesday, October 3, 2007

Kekerasan Terhadap Anak

Akhir-akhir ini berita di berbagai media tentang kasus kekerasan terhadap anak semakin marak saja. Ada orangtua yang menyetrika kaki, menyiram dengan air panas, pemerkosaan anak kandung atau anak tiri oleh sang bapak dan juga pemukulan dan bahkan pembunuhan. Itu baru kekerasan fisik yang berakibat pada trauma berat pada sang anak. Ada juga dalam bentuk non-fisik. Misalnya terhadap penjualan anak untuk tujuan komersial. Baru-baru ini kita mendengar berita di Batam pihak kepolisian berhasil menggagalkan penjualan beberapa bayi yang akan dijual ke Singapura. Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak, saat ini tercatat lebih dari 3.800 anak menjadi korban kekerasan dan diperdagangkan di beberapa negara seperti Malaysia, Filipina dan Singapura. (www.ikis.or.id).
Penderitaan ini juga dialami oleh Zubaidah atau biasa dipanggil Idah, gadis berusia enam tahun. Idah merupakan korban penganiayaan yang diduga dilakukan ibu angkatnya, Titin Citra Lestari (34). Kasus itu terungkap setelah Idah ditemukan tergolek di kamar mandi dalam rumahnya yang terkunci di Desa Kawat, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, 12 Agustus 2007 sore. Saat itu orangtua angkat Idah serta anak-anak kandung mereka sedang di Kabupaten Ketapang. Saat polisi, kepala dusun, dan kepala desa mendobrak masuk, Idah ditemukan kritis dan lumpuh. Diduga, sebelum disekap, Idah dianiaya ibu angkatnya. Malam itu juga, Idah dievakuasi ke puskesmas. Adapun Titin ditahan polisi begitu pulang. "Polisi menetapkan ibu angkat Idah sebagai tersangka penganiayaan. Sembilan saksi yang pernah melihat Idah dipukuli dan direndam di air dalam baskom sudah dimintai keterangan," kata Kepala Polsek Tayan Hilir Inspektur Satu Supriyadi. Sejumlah tetangga dan teman main Idah juga mengatakan, tersangka sering memukul, menyundut rokok, dan menyiram Idah dengan air panas. Kepada polisi, Titin mengaku khilaf dalam melakukan kekerasan. Saksi-saksi menyatakan, kekerasan juga dilakukan Titin terhadap anak-anak kandungnya, tetapi tidak sampai separah Idah. Untuk mengecek kebenaran, polisi akan menanyai Idah setelah kesehatannya pulih. (ompas, 21 Agustus 2007).
Banyak kasus Kekerasan yang dialami Idah hanyalah satu dari sekian banyak kasus kekerasan terhadap anak yang terus meningkat di Indonesia. Depsos mendata, jumlah anak korban tindak kekerasan pada 2004 sebanyak 48.526 anak. Tahun lalu, jumlah itu menjadi 182.406 anak.Selain itu, berdasarkan riset dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyebutkan, perempuan ternyata lebih banyak melakukan kekerasan terhadap anak dengan prosentase sebesar 60% dibanding laki-laki. (www.pikas.bkkbn.go.id).
Latar belakang kekerasan bermacam-macam, ada yang menyebutkan si anak memang bandel atau susah diatur, pola asuh yang salah, pelampiasan emosi orang tua akibat himpitan ekonomi, dan karena tidak sadar ketika melakukan kekerasan. Namun bukan berarti pada keluarga yang tergolong ekonomi kuat tidak terjadi kekerasan pada anak. Semua di atas ditinjau dari sisi mikro keluarga. Dari sisi makro, kondisi kemorosotan sosial ekonomi, lemahnya penegakkan hukum, seringnya tayangan dan tampilan media tentang kekerasan dan seks, degradasi moral kolektif di kalangan ‘tokoh’ masyarakat dan pemimpin bangsa, pola pendidikan yang mensakralkan kecerdasan intelektual semata, dan kurangnya sosialisasi penumbuhan rasa kasih sayang sesama dan perdamaian, ikut memicu terjadinya kekerasan pada anak. Lantas, bagaimana kita menyikapi persoalan tersebut? Sampai kapankah anak-anak bebas dari objek sasaran perilaku kekerasan? Bagaimana pula Islam mensolusinya?
Anak Adalah Amanah Allah
Anak adalah titipan Allah. Kedua orangtuanya berkewajiban memelihara setiap titipan. Menelantarkan dan mensia-siakan anak sangat dilarang dalam Islam, “Sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui” (QS. al-An’am: 140). Dari ayat tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa anak merupakan amanah Allah untuk diasuh, dididik dan dibimbing menjadi anak yang saleh dan salehah. Dalam islam ada beberapa kewajiban orang tua terhadap anak diantaranya adalah:
Pertama, memberikan kasih sayang dan perlindungan. Kasih sayang bukan berarti memberikan kecukupan materi tetapi lebih penting dari itu adalah mendengarkan suara dan tuntutan mereka serta mendampinginya dalam proses tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa. Dalam hal ini, ada baiknya kita bercermin kepada perilaku Rasulullah SAW yang sangat perhatian pada anak-anak dan cucu-cucunya dengan memberikan curahan kasih sayang kepada mereka. Ada beberapa riwayat hadist yang menerangkan perilaku Rasulullah SAW ketika berhadapan dengan anak-anak. Pernah suatu saat beliau mencium cucunya, Hasan bin Ali RA. Waktu itu ada Arab Baduwi bernama al-Aqra’ bin Habis at-Tamimi. Dia menegur, “Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh orang anak, tetapi sama sekali tidak seorang pun di antara mereka yang pernah saya cium”. Rasulullah memandang orang itu dengan pandangan tidak setuju, lalu beliau berkata: “Aku tidak dapat menjamin kamu bila Allah mencabut rasa belas-kasihan dari hati kamu. Hai Habis, siapa yang tidak mempunyai rasa belas kasihan, dia tidak akan mendapat rahmat”. (Dikutip dari Abdul hadi asy-Syal, al-Islam wa bina’ al-Mujtama’ al-fadhil). Dari sinilah orang tua harus bisa bersabar dengan tingkah laku anak pada usia-usia balita/ masa pertumbuhan dan bisa mengarahkan akhlaq anak supaya baik.
Kedua, memberikan keteladanan dan pendidikan yang baik. Orang tua harus senantiasa memberikan keteladanan dan terutama penanaman aqidah atau keimanan sejak dini dan membentuk kepribadian anak-anak mereka agar berkepribadian Islam, yaitu berpikir dengan menstandarkan kepada aqidah islam dan memiliki pola jiwa kecenderungan untuk tetap menyandarkan segala perbuatan berdasarkan syariat Islam. Selain itu orang tua harus menjadikan keluarga sebagai sentra beragam kegiatan bermanfaat baik sentra ibadah maupun sentra pengembangan ilmu baik ilmu agama maupun pengetahuan umum. Rasulullah SAW bersabda: “Jika anak telah mengenal tangan kanannya dari tangan kirinya maka perintahkanlah dia untuk mengerjakan shalat” (HR. Ibnu Hibban dari Abi Sa’id). Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Berilah tiga macam pendidikan pada anak-anakmu; (1) cinta pada para nabi, (2) cinta pada keluarga nabi, dan (3) membaca Al-Quran; maka sesungguhnya orang yang hapal Al-Quran itu berada pada naungan Allah SWT, yaitu di hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNYA beserta para nabi dan kekasihNYA”. (HR.Ad-Dailamiy dari Ali).
Ketiga, membentuk interaksi keharmonisan keluarga sakinah, mawaddah dan penuh rahmat. Rasulullah SAW bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu” (HR.Nu’man). Rasulullah SAW bersabda, “Kewajiban yang harus ditunaikan oleh suami terhadap isterinya adalah: memberinya makan apabila ia makan, memberikan pakaian apabila ia berpakaian; janganlah ia (suami) memukul wajahnya, menghinanya dan jangan lupa mengasingkannya kecuali ketika berada di rumah” (HR Hakim). Suatu keluarga sakinah mengandung makna dimana semua anggota keluarga merasa senang dan betah berkumpul di tengah-tengah keluarga serta terterapkannya nilai-nilai Islam dalam keluarga.
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa pada dasarnya Islam telah menyerukan agar anak-anak yang lahir di dunia ini mendapat kasih sayang dan perlindungan. Dengan kata lain, adalah kewajiban para orang tua untuk mengasihi, melindungi dan mengarahkan anak-anak mereka. Ketentuan seperti ini bukan hanya menjadi sebuah kewajiban dan sarana ibadah, tetapi lebih untuk memenuhi hak-hak anak sebagai manusia dan ciptaan Allah SWT. Bukan sebaliknya, anak-anak yang masih kecil, lemah dan belum dibebani dosa itu harus menanggung berbagai penyiksaan dan tindak kekerasan lainnya. Karena sesungguhnya anak adalah amanah dan ujian dari Allah untuk bekal ibadah kita di dunia. Bila kita menyia-nyiakan amanah tersebut, apalagi menyiksa dan memukul anak kelewat batas, tentu dosa dan amarah Allah akan kita tunai di kemudian hari. Wallaahu’alam Bishowab

Sunday, April 22, 2007

Ketika Si kecil Berperilaku Buruk

Namanya saja anak-anak, pasti ada saat-saat di mana mereka berkelakuan buruk. Tidak displin, ngambek, memukul, marah, dan sebagainya. Dalam menghadapinya, yang penting, bagaimana orangtua harus menyikapimya agar perilaku tak terpuji anak tak menjadi kebiasaan buruk di masa depan. Dan bisa membawanya kearah sikap yang lebih baik, berakhlaq mulia dengan akidah Islam yang kuat. Adapun penanganan sikap terhadap mereka dapat dilakukan sebagai berikut :
ANAK BALITA:
Usia 6 - 18 bulan:
Ketika sedang bermain, tiba-tiba si kecil menggigit tangan Anda. Apa yang harus dilakukan?
Jangan Lakukan:
1.Jangan menggigitnya kembali. Banyak orang tua merasa, cara ini dapat memberi pelajaran bagi anak untuk tidak menggigit lagi di lain waktu. Maksudnya, biar anak kapok. Masalahnya, bayi yang masih kecil tidak mengerti, gigitan mereka menimbulkan rasa sakit atau sebaliknya. Hasilnya Anda berdua merasa sakit dan menderita.
Sebaiknya:
1.Dorong bayi dengan hati-hati dan katakan, “Sayang, jangan gigit, ya. Kalau kamu menggigit Mama, Mama kesakitan.”
2.Perlihatkan perilaku alternatif seperti memeluk.
3.Berikan sesuatu yang lembut untuk digigit bila bayi sedang dalam tahapan tumbuh gigi.
Usia 2 - 3 tahun:
Menendang dan berteriak, lalu si kecil yang sedang marah melemparkan mainan ke lantai toko karena Anda tidak mau membelikan mainan yang diinginkannya.
Jangan Lakukan:
1.Jangan coba-coba memberi alasan atau penjelasan panjang lebar pada anak. Anak-anak yang sedang rewel tidak akan mendengarkan apa yang Anda katakan.
2.Jangan kehilangan kendali, karena hal ini akan membuat anak takut dan memberikan contoh yang tidak bagus.
3.Jangan menuruti kemauan anak karena justru membiasakan anak untuk bersikap rewel setiap kali keinginannya tidak diikuti.
4.Jangan menyuap anak dengan permen atau yang lainnya karena hal ini akan membuat dia terbiasa mengharapkan sogokan bila keinginannya tidak dikabulkan.
Sebaiknya:
1.Tetap tenang dan jangan khawatir dengan tanggapan/pandangan orang lain.
2.Jangan berikan tanggapan. Beri perhatian sesedikit mungkin terhadap kerewelan anak, bila mungkin.
3.Gendong si kecil bila perlu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan kecil ataupun kerusakan pada barang yang dijual.
4.Tinggalkan toko bila anak tetap rewel.
5.Bila anak sudah tenang, jelaskan padanya bahwa Anda berdua akan keluar dari toko dan pulang bila dia tetap rewel.
6.Beri hadiah bila anak berperilaku baik misalnya dengan menghabiskan waktu berdua secara istimewa. Makan es krim bersama, misalnya.
Usia 3 - 4 tahun:
Anak mendorong atau mencubit teman sepermainannya atau menggunakan bahasa yang tidak baik. Apa yang Anda lakukan?
Jangan Lakukan:
1.Jangan memukul atau menanmpar. Tindakan ini mengajarkan pada mereka, menampar sah-sah saja bila sudah lebih besar.
2.Jangan memberikan kritikan atau kehilangan kendali apalagi mengumpat. Hal ini dapat mengurangi rasa percaya diri anak dan memberikan contoh yang tidak baik.
3.Jangan menjauhkan anak dari teman-teman sepermainannya.
Sebaiknya:
1.Dengar alasan yang diberikan oleh anak tentang mengapa dia marah dan beri dukungan padanya bahwa dia berhak merasa marah dan mengekspresikan kemarahannya secara tepat.
2.Ajarkan pada anak kata-kata yang baik dan tepat untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya.Misal Allah menyukai kata-kata yang baik seperti Alhamdulillah jika mendapat hadiah, dsb.
3.Berikan sanksi padanya. Tidak perlu yang berat, misalnya minta si kecil untuk duduk diam dan manis selama beberapa menit.
Anak-anak usia ini mulai belajar tentang peraturan dan batasan-batasan meski mereka tetap membuat kesalahan. Anak selalu perlu diingatkan dan diberikan konsekuensi langsung yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan membantunya belajar tanpa merasa dipermalukan atau dikonfrontasi dari orangtuanya.
UMUR 5 TAHUN KE ATAS
Usia 5- 7 tahun:
Anda meminta anak membereskan mainannya. Dia menolak. Sesudah berulang kali memintanya, dia tetap tidak melakukannya. Apa yang harus dilakukan?
Jangan Lakukan:
1.Jangan mengomel. Anak tidak peduli dan Anda akan menjadi lebih frustrasi. Jangan mencap anak dengan sebutan ’malas’ atau ’jelek’ karena hal ini akan membentuk rasa percaya diri yang rendah
2.Jangan membereskan mainan karena kesal karena anak tak juga melakukannya karena hal ini tidak mendidik.
3.Jangan memberikan reaksi yang berlebihan dan jangan memberikan ancaman yang keras tetapi kemudian Anda luluh.
Sebaiknya:
1. Beri penjelasan dengan tenang dan jelas apa yang harus dilakukannya, misalnya, “Kumpulkan lebih dahulu semua mainan dan kalau sudah terkumpul, masukkan di dalam kotak ini.”
2.Tentukan waktu dan beri konsekuensinya bila dia tidak melakukannya. Contohnya, “Ibu minta kamu bereskan mainanmu dan harus sudah rapi sebelum makan siang. Kalau tidak, kita tidak lagi bisa menerima teman-teman kamu bermain di sini.”
3. Pastikan konsekuensinya cukup adil dan bahwa anak peduli dengan konsekuensi yang Anda berikan.
4. Sesudah satu peringatan tanpa ancaman, ikuti dengan konsekuensi bila anak tidak menyelesaikannya sesuai dengan yang Anda minta. Rosulullah bersabda : “Ajarkanlah anakmu sholat pada usia 7 tahun, suruhlah sholat pada usia 10 tahun, jika tidak mau maka pukullah.” Pukulan atau sanksi fisik baru diberikan jika dia sudah besar dan pukulan itu bukan untuk menyakitinya.
Usia 8 - 10 tahun:
Sudah waktunya tidur malam dan ternyata anak belum selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia justru sedang asyik membaca komik. Bagaimana reaksi Anda?
Jangan Lakukan:
1. Jangan memarahi dan mengancam anak sebelum mengerti permasalahannya.
2. Jangan mengambil alih tugasnya dengan mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Sebaiknya:
1.Coba untuk mengerti mengapa anak belum menyelesaikan tugasnya. Tunjukkan simpati Anda bila pekerjaan rumahnya memang sulit dan membuatnya frustrasi.
2. Bantu anak menyusun jadwal kapan harus membuat pekerjaan rumah yang diimbangi dengan istirahat.
3.Biarkan anak mengalami sendiri konsekuensinya akibat tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
4.Tunjukkan perasaan senang Anda pada saat melihat dia berusaha keras untuk menyelesaikan tugasnya, tidak hanya pada saat dia mendapatkan nilai yang bagus
Anak-anak pada usia ini menghadapi peningkatan tekanan dalam bersikap maupun dalam melakukan sesuatu, baik di sekolah maupun di depan teman-teman sepermainannya.
Mereka sangat khawatir akan penampilan mereka di hadapan orang lain. Pada saat yang sama, tanggung jawab mereka bertambah sementara orang tua tetap terus memberikan panduan dan batasan-batasan.
Langkah berikut mungkin bisa membantu; tanyakan pada guru anak, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan PR setiap malam.
Mendidik anak harus hati-hati dan butuh perhatian penuh kita karena kesalahan diawal akan memberikan dampak sikap kedepannya dan yang perlu diperhatikan disini sekali lagi ketika kecil ini aqidah harus ditanamkan dengan kuat.

Tetanggaku Saudaraku

Hampir tak seorang pun yang tidak ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Hanya orang-orang yang hatinya sakit saja mungkin yang menolak suasana hubungan harmonis itu. Sudahkah kita sadari, bahwa kekuatan sendi-sendi sosial suatu masyarakat, sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar warganya? Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab bertetangga. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah mengingatkan Fatimah dengan keras agar segera memberikan tetangga mereka apa yang menjadi hak-hak mereka. Kisahnya berawal ketika Rasulullah saw pulang dari bepergian. Beberapa meter menjelang rumahnya, Rasulullah saw mencium aroma gulai kambing yang terbit dari rumah beliau. Rasul segera bergegas menuju ke rumahnya dan menemui Fatimah yang ternyata memang sedang memasak gulai kambing. Spontan Rasulullah saw memerintahkan putri tercinta beliau untuk memperbanyak kuah gulai yang sedang dimasaknya. “Wahai Fatimah, perbanyak kuahnya, dan bagi-bagikanlah kepada tetangga-tetangga kita. Sebab aku telah mencium gulai masakanmu sebelum langkahku sampai ke rumah,” ujar beliau pada putrinya.
Dari kisah di atas bisa kita ambil kesimpulan, bahwa penghormatan kepada tetangga dan sekaligus menjadi hak mereka adalah, membagi-bagikan makanan jika tetangga kita telah mengetahui, mendengar, atau mencium aroma makanan yang kita miliki. Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial yang diperintahkan Islam kepada kita. Islam memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mempertajam sense of social kita.Ibroh (pelajaran) dari kisah di atas sekali lagi menegaskan, betapa Islam mengajarkan kita untuk senantiasa membiasakan diri merasakan kesenangan dan kesulitan bersama-sama dengan masyarakat kita. Artinya Islam sangat melarang kita hidup egois, serakah, dan individualistik. Dalam pesan yang lain, Rasulullah saw mengatakan; “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tetangganya.”Peduli kepada tetangga, memang bukan perkara ringan. Ia merupakan tonggak keimanan seseorang pada Allah dan hari akhir. Dengan kata lain, lurusnya iman seseorang memang sangat ditentukan sejauh mana penghormatan orang itu pada tetangganya. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan, menyangkut perkara penghormatan pada tetangga.
1. Mendakwahkan tetangga kita. Caranya bisa dengan pendekatan fardiyah (pribadi). Atau dengan kiat-kiat lain secara kolektif. Membentuk majelis pengajian RT pekanan atau bulanan, atau pengajian yang disisipkan pada acara-acara pertemuan rutin warga. Dengan demikian, kredibilitas kepribadian kita harus betul-betul diakui oleh masyarakat lingkungan kita.
2. Mengunjunginya bila ia sakit atau dalam kesulitan ekonomi. Tak usah menunggu tetangga kita yang sedang mengalami kesulitan ekonomi misalnya, datang kepada kita untuk meminjam uang. Sebaiknya, kitalah yang pro aktif menanyakan, apakah ia butuh pertolongan kita?
3. Memberi hadiah atau kiriman makanan pada tetangga kita. Baik bersifat spontan, atau kita mensetting waktu pemberian itu pada hari atau moment-moment tertentu.
4. Membiasakan anak-anak menabung yang dananya untuk membantu tetangga-tetangga yang kesulitan. Caranya dengan membuatkan masing-masing anak kita sebuah kotak tabungan yang sederhana. 5. Menjaga kehormatannya, yakni dengan cara tidak menggunjingnya. Lalu berupaya jangan sampai tidak bertegur-sapa

Sunday, April 15, 2007

KADO INDAH BUAT YANG INDAH

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat,dan tak perlu membeli ! Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.
1. KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.
2. MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang Lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.
3. DIAM
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai Untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya ‘ruang’. Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli
4. KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, ‘ Kau bebas berbuat semaumu.’ Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.
5. KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Senin keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.
6. TANGGAPAN POSITIF
Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat,berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian ( dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.
7. KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjai bahan pertengkaran. Apalagi sampai Menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado ‘ kesediaan mengalah’ Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini